Sabtu, 31 Januari 2015

ANAK-ANAK DIFABEL

Lihatlah mereka. Mereka begitu bening, begitu murni, laksana tetes embun dari langit yang jatuh di atas daun. Indah, sekaligus rapuh, mudah jatuh.

Mereka menikmati hidup, mengambil segala kesempatan yang diberikan Tuhan pada mereka, dengan keuikan cara mereka sendiri. Bukankah rasanya tidak adil kalau kita merenggut kesempatan itu hanya karena alas an malu?

Seperti butiran mutiara yang bersinar yang berjatuhan. Tetap ceria, tetap bercahaya meski terpisah dari jalinannya. Mengapa kita tak mengambil sisi baik mereka, yang memandang positif pada dunia?

Melihat mereka, membuatku berharap, semoga kerlip mereka yang seindah bintang, tak tersesat di kegelapan bumi yang dalam.

Karena, anak-anak itu, dan anak-anak yang lain, punya senyuman yang menghangatkan. Mereka mencerahkan langit yang kelabu dengan tawa renyah mereka.

Yang secara langsung membawa kegembiraan ke dalam setiap rumah yang memilikinya. Jangan sia-siakan. Jangan rusak kehidupan mereka dengan pikiran negative kita.

karena mereka, adalah makhluk indah yang diutus tuhan untuk mencerahkan hati kita yang dirundung galau.


Menenangkan kekalutan, seperti halnya menggenggam tangan kita yang gemetaran.

Menenteramkan seperti sebuah lelapan pada mata.

Melenakan seperti sebuah mimpi di malam hari.

Menyenangkan seperti bertemu bidadari dalam mimpi

Seperti semprotan warna-warni yang menghias dunia

Seperti kupu-kupu yang bertengger di atas bunga, indah.

Seperti hubungan yang sangat berharga dan penuh cinta

Mereka, punya gelombang harapan yang sangat besar dan menular.

Mereka adalah cahaya fajar yang sinarnya penuh dengan harapan 

Mereka adalah sumber kebahagiaan kita

Lihatlah bagaimana mereka tumbuh. Seperti kecambah yang meranggas menuju cahaya, melintasi bayang kegelapan. Seperti sinar kecil yang menerobos lewat celah –celah. Gigih, penuh semangat.

Mereka, sewangi bunga Ambya yang segar, dipetik langsung dari ladangnya.

Mereka juga serapuh gelas-gelas kaca.

Mereka indah seperti bunga yang bermekaran.

Sesyahdu suara seruling yang di tiup di tengah belukar yang semilir.

Sesejuk angin yang berhembus sepoi-sepoi.

Senyaring gemerincing lonceng di gelang kaki.

Sesemarak warna-warni kebun di musim semi

Seperti sekelompok cahaya yang berpadu

Seperti jalanan yang panjang
Seperti kuncup bunga yang bersiap untuk mekar

Seperti hembusan angin di musim dingin

Seumur mereka, adalah usia yang sedang diberkahi

Kadang, dengan lucunya mereka berbicara layaknya nenek-nenek

Kadang menghangatkan seperti air suam kuku

Kadang mereka muncul begitu saja dengan pertanyaan polos mereka yang menggemaskan

Mereka, serenyah suara tawa dalam keheningan

Merekah seindah senyuman di bibir yang kekeringan

Takdirmu, wahai anak-anakku, adalah untuk memberkahi kehidupan kami dengan titipan kebahagiaan dari tuhan

Seperti cahaya bulan yang terpantul di permukaan danau, memukau

Seperti teriakan supporter yang sangat kita harapkan di keramaian

Seperti semangat meniup gelembung busa

Mereka seperti kuncup bunga

Duduk nya mereka saja enak dilihat seperti hangatnya pelukan

Seperti sentuhan cinta yang membahagiakan

Semerdu tujuh tangga nada yang disusun sedemikian rupa

Intinya, mereka itu indah, penuh semangat, penuh pikiran positif, dan membahagiakan. Tak peduli seperti apapun mereka, tak adil rasanya jika kesempatan mereka untuk bersinar, terhalang oleh ambisi dan ego kita yang sudah dipenuhi hal-hal yang negative.

"Lagu yang melatarbelakangi adegan pentas seni pada anak-anak difabel. Menyentuh, mengharukan, menginspirasi."


Judul Filmnya : "Taare Zameen Par"

 .....................Film yang sangat layak tonton, "menurutku".......................