Selasa, 15 Desember 2015

(K-LYRIC) Lee Seung Gi – Return

알 수 없는 그 계절의 끝
al su omneun geu gyejore kkeut
나는 너를 사랑하고 있던걸까?
naneun noreul saranghago itdon-golkka?
어딘가에 우리 함께했던 그 많은 시간이
odin-gaye uri hamkkehetdon geu maneun sigani
손 닿을 듯 어제 일 처럼 되돌려지곤 해
son daeul deut oje il chorom dwedollyojigon he
순간마다 네가 떠올라
sun-ganmada nega tto-olla
조용히 낮게 울리던 그 목소리
joyonghi natge ullidon geu moksori
봄을 닮은 햇살 같았던 너의 모습까지
bomeul dalmeun hessal gatatdon noye moseupkkaji
언제나 넌 나의 매일을 환하게 비췄어
onjena non naye meireul hwanhage bichwosso
순간마다 네가 떠올라
sun-ganmada nega tto-olla
조용히 낮게 울리던 그 목소리
joyonghi natge ullidon geu moksori
봄을 닮은 햇살 같았던 너의 모습까지
bomeul dalmeun hessal gatatdon noye moseupkkaji
아주 작은 기억들 조차 여전히 선명해
aju jageun giokdeul jocha yojonhi sonmyonghe
알 수 없는 그 계절의 끝
al su omneun geu gyejore kkeut
나는 너를 사랑하고 있던걸까?
naneun noreul saranghago itdon-golkka?
어딘가에 우리 함께했던 그 많은 시간이
odin-gaye uri hamkkehetdon geu maneun sigani
손 닿을 듯 어제 일 처럼 되돌려지곤 해
son daeul deut oje il chorom dwedollyojigon he
순간마다 네가 떠올라
sun-ganmada nega tto-olla
조용히 낮게 울리던 그 목소리
joyonghi natge ullidon geu moksori
봄을 닮은 햇살 같았던 너의 모습까지
bomeul dalmeun hessal gatatdon noye moseupkkaji
언제나 넌 나의 매일을 환하게 비췄어
onjena non naye meireul hwanhage bichwosso
순간마다 네가 떠올라
sun-ganmada nega tto-olla
조용히 낮게 울리던 그 목소리
joyonghi natge ullidon geu moksori
봄을 닮은 햇살 같았던 너의 모습까지
bomeul dalmeun hessal gatatdon noye moseupkkaji
아주 작은 기억들 조차 여전히 선명해
aju jageun giokdeul jocha yojonhi sonmyonghe
우린 어디쯤 있을까?
urin odijjeum isseulkka?
수 많았던 기억들을 되돌려봐
su manatdon giokdeureul dwedollyobwa
우린 행복했던 걸까?
urin hengbokhetdon golkka?
알 수 없는 마음들만 제자리에 남아
al su omneun maeumdeulman jejarie nama
순간마다 네가 떠올라
sun-ganmada nega tto-olla
조용히 낮게 울리던 그 목소리
joyonghi natge ullidon geu moksori
봄을 닮아 햇살 같았던 너의 모습까지
bomeul dalma hessal gatatdon noye moseupkkaji
아직도 난 너를 잊지 않아
ajikdo nan noreuritji ana
우린 어디쯤 있을까?
urin odijjeum isseulkka?
우리는 행복했던 걸까?
urineun hengbokhetdon golkka?

Hangeul by Daum Music


KOSAKATA
알다 (alda): tahu
계절 (kyejeol): musim
끝 (kkeut’): akhir, ujung
사랑하다 (saranghada): mencintai
어딘가 (eodingga): dimanapun
함께 (hamkke): bersama
시간 (shigan): waktu
손 (son): tangan
닿다 (datta): menyentuh
어제 (eoje): kemarin
일 (il): hari
처럼 (cheoreom): seperti
되돌리다 (dwidollida): kembali
순간 (sunggan): waktu
마다 (mada); setiap
떠오르다 (tteooreuda); muncul
조용히 (joyonghi): dengan diam-diam
낮다 (natta): rendah, sederhana
울리다 (ullida): menggema
목소리 (moksori): suara
봄 (bom): musim semi
닮다 (damta): menyerupai
햇살 (haessal): sinar matahari
모습 (moseub): wajah, penampilan
까지 (kkaji): sampai
언제나 (eonjena); selalu
매일 (maeil): setiap hari
환하다 (hwanhada): terang
비추다 (bichuda): bersinar
아주 (aju): sangat
작다 (jakta): kecil
기억 (kieok): kenangan
조차 (jocha): bahkan
여전히 (yeojeonhi): masih
선명하다 (seonmyeonghada): tajam
행복하다 (haengbokhada): bahagia
제자리 (jejari); tempat terdahulu
남다 (namta): meninggalkan, menyisakan
잊다 (itta): lupa

Sabtu, 12 Desember 2015

Endless Love

Bebaskan aku dari penantian misterius ini

Bintang berjatuhan dan angin bertiup

Akhirnya aku bisa menggenggammu di lenganku
Dua hati bernyanyi bersama
Percayalah padaku bahwa hatiku tak akan pernah berubah
Menunggu selama ribuan tahun pun.
Kau pegang janjiku
Meskipun banyak musim dingin yang kulewati
Aku tak akan meninggalkanmu

Tutup matamu dan pegang erat tanganku
Tolong pikirkan hari tentang dimana kita sedang jatuh cinta
Kita saling mencintai satu sama lain, itu menyebabkan kita sakit
Kita bahkan tidak bisa mengatakan "Aku Mencintaimu"

Setiap malam hatiku merindu
Aku tak pernah berhenti memikirkanmu
Aku gunakan kesendirian untuk waktu yang lama
Dan aku tunjukkan wajahku dengan sebuah senyuman
Percayalah padaku, aku memilih untuk menunggu
Walaupun ini menyakitkan, Aku tak ingin pergi
Hanya kelembutan hatimu yang mampu menyelamatkanku 

Dari dingin yang abadi

Biarkan cinta dalam hati kita
Menjadi bunga yang mekar
Kita bisa melewati waktu, tidak pernah menundukkan kepala kita,
Dan tidak pernah menyerah pada impian kita.


Biarkan cinta dalam hati kita
Menjadi bunga yang mekar

Kita tidak pernah melupakan janji kita

Hanya cinta sejati yang mengikuti kita
ketika kita melakukan perjalanan melewati ruang dan waktu tanpa akhir.

Cinta adalah satu-satunya mitos yang ada di dalam hati yang tidak akan pernah berubah.

Ost. The Myth

Senin, 28 September 2015

Untuk Apa Sholat ?

" Peliharalah segala shalatmu dan peliharalah sholat wustha. Berdirilah karena Allah dalam shalatmu dengan khusyuk"
(Q.S. Al Baqarah ayat 238)

  • SHALAT MENJAUHKAN DARI KEMUNGKARAN
  • SHALAT MENGEMBALIKAN JIWA MUSLIM SEJATI
  • SHALAT BERJAMAAH MEMBANGUN RUMAH DI SURGA
  • SHALAT MENYELAMATKAN DARI BALA
  • SHALAT MENUMBUHKAN SEMANGAT BARU
  • SHALAT SEBUAH PUNCAK KESEMPURNAAN IBADAH

"Taubatlah sebelum dan setelah Shalat"

Shalat merupakan tiang agama Islam. Begitu banyak kaum mukmin yang melakukan shalat, karena mereka melihat orang lain shalat. Mereka bukan takut jika meninggalkan shalat dengan sengaja akan kafir dan dibenci Allah SWT, tapi mereka takut jika orang-orang menganggap diri mereka adalah pengkhianat agama bahkan disebut "Islam KTP". Akibatnya, shalat mereka hanya diisi dengan ketakutan kepada persepsi orang, bukan takut kepada "persepsi" Allah SWT...

Akankah kita biarkan diri kita larut dalam kesalahan-kesalahan seperti ini berlarut-larut? Membuat diri kita tidak khusyu...
Membuat kita tak tahu bahwa shalat ternyata memiliki tujuan-tujuan terselubung yang Allah SWT anugrahkan pada kita.

Selasa, 28 Juli 2015

PERGI TAK KEMBALI

Setiap insan pastikan merasa
Saat perpisahan terakhir 
Dunia yang fana akan ditinggalkan 
Hanya amalan yang dibawa 

Terdengar sayup surah dibaca 
Sayu alunan suara 
Cemas di dada lemah tak bermaya 
Terbuka hijap di depan mata 

Selamat tinggal pada semua 
Berpisah kita selamanya 
Kita tak sama nasib di sana 
Baiklah atau sebaliknya 

Amalan dan taqwa jadi bekalan 
Sejahtera, bahagia pulang...kesana 

Sekujur badan berselimut putih 
Rebah bersemadi sendiri 
Mengharap kasih anak dan isteri 
Apa mungkin pahala dikirim 

Terbaring sempit seluas pusara 
Soal bicara terus bermula 
Sesal dan insaf tak berguna lagi 
Hancurlah jasad dimamah bumi 

Berpisah sudah segalanya 
Yang tinggal hanyalah kanangan 
Diiringi doa dan air mata 
Yang pergi takkan kembali lagi


****Album : Munsyid : Rabbani****

Sabtu, 31 Januari 2015

ANAK-ANAK DIFABEL

Lihatlah mereka. Mereka begitu bening, begitu murni, laksana tetes embun dari langit yang jatuh di atas daun. Indah, sekaligus rapuh, mudah jatuh.

Mereka menikmati hidup, mengambil segala kesempatan yang diberikan Tuhan pada mereka, dengan keuikan cara mereka sendiri. Bukankah rasanya tidak adil kalau kita merenggut kesempatan itu hanya karena alas an malu?

Seperti butiran mutiara yang bersinar yang berjatuhan. Tetap ceria, tetap bercahaya meski terpisah dari jalinannya. Mengapa kita tak mengambil sisi baik mereka, yang memandang positif pada dunia?

Melihat mereka, membuatku berharap, semoga kerlip mereka yang seindah bintang, tak tersesat di kegelapan bumi yang dalam.

Karena, anak-anak itu, dan anak-anak yang lain, punya senyuman yang menghangatkan. Mereka mencerahkan langit yang kelabu dengan tawa renyah mereka.

Yang secara langsung membawa kegembiraan ke dalam setiap rumah yang memilikinya. Jangan sia-siakan. Jangan rusak kehidupan mereka dengan pikiran negative kita.

karena mereka, adalah makhluk indah yang diutus tuhan untuk mencerahkan hati kita yang dirundung galau.


Menenangkan kekalutan, seperti halnya menggenggam tangan kita yang gemetaran.

Menenteramkan seperti sebuah lelapan pada mata.

Melenakan seperti sebuah mimpi di malam hari.

Menyenangkan seperti bertemu bidadari dalam mimpi

Seperti semprotan warna-warni yang menghias dunia

Seperti kupu-kupu yang bertengger di atas bunga, indah.

Seperti hubungan yang sangat berharga dan penuh cinta

Mereka, punya gelombang harapan yang sangat besar dan menular.

Mereka adalah cahaya fajar yang sinarnya penuh dengan harapan 

Mereka adalah sumber kebahagiaan kita

Lihatlah bagaimana mereka tumbuh. Seperti kecambah yang meranggas menuju cahaya, melintasi bayang kegelapan. Seperti sinar kecil yang menerobos lewat celah –celah. Gigih, penuh semangat.

Mereka, sewangi bunga Ambya yang segar, dipetik langsung dari ladangnya.

Mereka juga serapuh gelas-gelas kaca.

Mereka indah seperti bunga yang bermekaran.

Sesyahdu suara seruling yang di tiup di tengah belukar yang semilir.

Sesejuk angin yang berhembus sepoi-sepoi.

Senyaring gemerincing lonceng di gelang kaki.

Sesemarak warna-warni kebun di musim semi

Seperti sekelompok cahaya yang berpadu

Seperti jalanan yang panjang
Seperti kuncup bunga yang bersiap untuk mekar

Seperti hembusan angin di musim dingin

Seumur mereka, adalah usia yang sedang diberkahi

Kadang, dengan lucunya mereka berbicara layaknya nenek-nenek

Kadang menghangatkan seperti air suam kuku

Kadang mereka muncul begitu saja dengan pertanyaan polos mereka yang menggemaskan

Mereka, serenyah suara tawa dalam keheningan

Merekah seindah senyuman di bibir yang kekeringan

Takdirmu, wahai anak-anakku, adalah untuk memberkahi kehidupan kami dengan titipan kebahagiaan dari tuhan

Seperti cahaya bulan yang terpantul di permukaan danau, memukau

Seperti teriakan supporter yang sangat kita harapkan di keramaian

Seperti semangat meniup gelembung busa

Mereka seperti kuncup bunga

Duduk nya mereka saja enak dilihat seperti hangatnya pelukan

Seperti sentuhan cinta yang membahagiakan

Semerdu tujuh tangga nada yang disusun sedemikian rupa

Intinya, mereka itu indah, penuh semangat, penuh pikiran positif, dan membahagiakan. Tak peduli seperti apapun mereka, tak adil rasanya jika kesempatan mereka untuk bersinar, terhalang oleh ambisi dan ego kita yang sudah dipenuhi hal-hal yang negative.

"Lagu yang melatarbelakangi adegan pentas seni pada anak-anak difabel. Menyentuh, mengharukan, menginspirasi."


Judul Filmnya : "Taare Zameen Par"

 .....................Film yang sangat layak tonton, "menurutku".......................